-->
NaJ6NGt7NGxbLGB8MGN5NGxdN6MkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE103

Sosok Pemimpin Yang Tidak Pantas Diteladani

Hello brot dan sis, apa kabarnya? Semoga baik-baik saja. Kalau ane sih alhmdlah kabar fisik baik banget Cuma kabar dompet aja yang kurang baik, maklum mendekati akhir bualn. Wah rasanya ane udah lama banget ga update cerita di Adink’s Story nih, hampir setahun kayanya. Selain sibuk kerja, sibuk main, sibuk ngeyoutube dan sibuk cari yang mantep mantep, emang gada bahan tulisan juga sih.

Tapi, pada kesempatan kali ini ane kepikiran satu topik yang sekiranya mungkin bisa dibagikan untuk menjadi bahan renungan dan pelajaran untuk kita semua dan ini bisa dibilang curhat juga karena berkaitan dengan suatu pekerjaan dalam perusahaan yang ane alami sendiri dalam beberapa bulan terakhir ini. 

Bagi yang belum tahu ane kerja di salah satu Perusahaan Swasta di Kota xxxxx sebagai pelaksana administrasi Umum/Operasional, Operator Komputer/IT dan lainnya (Pokokna sgala bentuk admin kabeh ku aing wkwkwk). Perusahaan ini merupakan usaha rintisan yang baru brojol/lahir akhir tahun 2019. Awalnya ane bisa kerja di tempat ini karena ada salah satu pendiri perusahaan tersebut yang merupakan rekan seperjuangan S1 Ilmu Hukum di salah satu perguruan tinggi, memohon ke ane untuk bergabung dengannya untuk mengembangkan perusahaan menjadi sebuah perusahaan yang semestinya,padahal pada saat itu ane berada diambang 2 pilihan antara bergabung dengan Perusahaan yang baru merintis ini atau dengan salah satu bank swasta di xxxx yang sudah jelas kredibilitasnya. Namun pada akhirnya dengan semangat pemikiran bahwa ini sebuah tantangan dan pelajaran baru maka ane menantang diri sendiri untuk ambil yang Perusahaan rintisan itu.

Singkat cerita, perusahaan ini bergerak dibidang yang jarang banget dilaksanakan oleh kebanyakan perusahaan, bahkan bisa dibilang usaha yang “sexy”. Perusahaan ini dipimpin oleh seseorang yang sangat ahli di bidang usaha ini dan berpengalaman lebih dari 15 tahun walau hanya lulusan SMA, merangkak dari jabatan bawahan hingga akhirnya bisa menjadi pimpinan, terdengar sangat inspiratif? tunggu dulu baca sampai selesai. Awal ane diperkenalkan, oke terlihat baik, humble, talk active sperti ia bercerita seputar pengalamannya pokoknya benar” meyakinkan deh, modal yang bagus untuk jadi pemimpin bukan?, terinspirasi? Tunggu lagi!

Selayaknya manusia pasti ada sisi positip dan negatifnya, namun ada batas sejauh mana sisi negatifnya itu bisa kita tolerir. Semua hal itu perlahan mulai terkuak seiring dengan berjalannya waktu. Diawali dengan perusahaan ini yang mendapatkan suntikan modal kerja untuk mengurus perizinan operasional sebesar seratus jutaan. Ane kaget sekali ketika orang ini mendapatkan uang, ternyata tidak dibicarakan dulu secara rinci kebutuhannya apa saja ditambah pula tidak dicatat sama sekali setiap pengeluaran yang dilakukan, padahal itu uang orang lain yang mesti dipertanggungjawabkan secara tepat & jelas. Apalagi kalau uang tersebut ternyata dipergunakan untuk kepentingan pribadi, belanja sana-sini, bayar hutang, bayar kebutuhan sana-sini,dll. Sebenarnya secara kasar ane kagak peduli mau itu uang dipakai apa aja asal setail peruntukan jelas dan ada bukti catatan dari pimpinan sebagai penanggungjawab.

Nah, ketika semua selesai dan orang lain minta catatannya, baru si pimpinan ini nyuruh ane bikin laporan pertanggungjawaban, dalam hati ane “Lah ente yang ngeluarin duit semua, belanja sana-sini yang bikin laporan harusnya ente” walaupun begitu karena ane anak baru yang menaruh hormat kepada pimpinan, ane bikinin dengan dikasih tahu secara lisan oleh si pimpinan tanpa mengeluarkan bukti catatan tertulis berapa total pengeluarannya. Dari situ diketahuilah awal mula kejanggalan, salah satunya yang terbukti jelas adalah komitmen perizinan yang disepakati dan uang yang sudah masuk dari keterangan si pimpinan adalah 90jt, namun ketika dikonfirmasi ke rekan pimpinan yang turut serta membantu mengurusi perizinan dikatakan uang yang sudah masuk sebesar 70jt. Nah loh, terus ini ada selisih 20jt kemana? Kok keterangan si pimpinan dengan rekannya yang sama-sama mengurusi berbeda? Masih menjadi misteri…. Kemudian masih ada hal lainnya yang patut dipertanyakan karena tidak ada catatan langsung dari si pimpinan, hanya OMDO.

Setelah itu ane seperti sudah menjadi “orang kepercayaan” si pimpinan itu, selain mengurus administrasi operasional juga salah satunya dengan merekomendasikan ke Bank untuk Upgrade kartu BCA ane dari Silver ke Platinum dengan alasan supaya transfer-transfer mudah dengan limit yang besar. Padahal dalam hati ane “Lah ngapain diupgrade toh yg silver juga ane biasa pake jarang kena limit” namun, ternyata alasannya menurut si pimpinan ini adalah untuk mempermudah kebutuhan operasional orang lapangan. Dalam hati ane “Oke oke masih bisa diterima”. Lama kelamaan ternyata si pimpinan sering mentransfer uang dengan jumlah besar ke ane, dia bilang sih untuk operasional, ane jawab “ok dicatet dulu”. Sebagai Informasi saja pada saat itu memang rekening perusahaan sudah ada dan seharusnya semua kebutuhan operasional seyogyanya wajib melalui rekening perusahaan. Nah untuk mempermudah pembaca memahami situasinya berikut kurang lebih percakapan yang terjadi (x=pimpinan, a= ane)

X : di titip uang sekian puluh juta

A : ok dicatet dulu

X : di kirim balik sekian puluh juta, sisa 100rb-200rb buat pulsa adi

A : ok, terima kasih

Ketika ane tanya kenapa harus ke rekening ane, dia bilang soalnya di BCA nya dia ada punya hutang jadi kalau ada uang trf masuk takut langsung kepotong. Sorry ini ane gapaham sih emang iya begitu ya? Ane juga tanya ini dilaporkan ga ke bag. Keuangan yang sisa buat ane? dia bilang yang kayak begituan mah gausah dilaporin. Hah? Serius? Emang ini duit apa? Kewajiban ke perusahaan udh selesai apa belum? Menjadi pertanyaan ane kenapa si pimpinan itu tidak mau juga membuat bukti catatan/laporan tersendiri atas apa yang ia dapat/transfer, malah nyuruh bawahannya untuk membuat laporan padahal semua nilai dasar/kontrak yang transfer dari dia semua dan ketika ditanya perihal keuangan juga jawabannya tidak memuaskan. Sebelumnya si pimpinan pernah mengatakan bahwa kelemahannya adalah dikeuangan, lantas kenapa masalah keuangan kok masih mengurusi, tidak dipercayakan saja ke bawahannya kalau emang merasa tidak becus mengelola keuangan? WTF?!

Lalu yang mengejutkan, si Pimpinan ini pun dengan tidak adanya malunya sering kali meminjam DUIT ke ane yang notabene ane adalah bawahannya. Dengan kurang lebih percakapannya begini (x=pimpinan, a= ane) :

X : di ada uang nganggur 500rb? Kirim dulu ke saya, nanti hari Z dikembaliin nunggu transferan dari B

A : Oh ya ada tunggu,

X : Ok, terima kasih

(Keesokan harinya pas mau ditagih, ane selalu bilang ada kebutuhan mendesak nih karena seringkali tidak tepat waktu seperti yang dijanjikan)

A : Pak kirimin uang yang kemarin pinjem solnya ini ada keperluan anu anu

X : Oh ya nanti malam di solnya ini masih nunggu trf dari B

A : Oh ya ditunggu

(setelah itu ada notif transfer)

X : Itu udah saya trf, lebih 100rb buat pulsa di

A : Ok terima kasih.

Hingga saat ini jika diakumulasi ane hitung kira-kira udah dapet 1jt dari uang lebihnya itu. Nah, lagi-lagi persoalan ada lebihnya itu padahal ane ga minta dilebihin tuh duit pinjeman, hanya minta pengembalian sebesar nominal pinjaman aja ga masalah. Dan menurut si pimpinan, uang lebih seperti itu tidak perlu dilaporkan ke manajemen perusahaan. HAH? Pertanyaan ane itu DUIT apa? Duit operasional perusahaan? Duit keuntungan perusahaan apa Duit Pribadi? Solnya kalau ditanya pun pasti jawabannya “Tenang, santai, aman” BANGKE!. 

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa si pimpinan itu terlalu bertindak gegabah dan tidak mengerti perhitungan resiko perusahaan, selain itu juga tidak TERBUKA DAN TRANSPARAN mengenai keuangan dan hal itu menurut ane akan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup perusahaan kedepannya.

Selanjutnya pengalaman yang menimpa ane sendiri, Sekitaran bulan April-Juni (lupa lagi) 2020. Pada saat itu ada pembagian tunai Gaji bulanan hari Sabtu. Kebetulan pada hari itu ane lagi ada keperluan. Karena ane menghargai, menghormati dan mempercayai si pimpinan itu, akhirnya ane bilang ke Dirkeu untuk dititipin ke si pimpinan, terus hari senin ane ambil ke kantor. Keesokan harinya ane WA dong si pimpinan karena mau ngambil hak ane itu, ternyata dia bilang lagi mau ke luar kota sambil ngeshare foto lagi dikereta, ane jawab “ok deh nanti aja kalau udh pulang diambilnya”. Beberapa hari kemudian karena tak kunjung dapat kabar si pimpinan itu udah pulang dari luar kota atau belum, ane WA dirkeu, dirkeu bilang si Pimpinan itu dari kemarin-kemarin ada di kantor ga kemana-mana, Dalam hati ini, "Bangsat ni  orang" padahal ane sendiri nge WA ke si pimpinan jawabannya masih di luar kota terus belum pulang. Nah, setelah dapat info dari Dirkeu itulah langsung ane sidak tanpa basa-basi ke kantor…eh taunya si Pimpinan itu ada dong di Kantor seperti agak kaget lihat ane terus langsung cengengesan SKSD so bicara pekerjaan. Mungkin karena tau ane mau ngambil HAK ane yang dititipin ke dia. Kemudian ane tanya “uang dari dirkeu ada?” terus jawabnya “nanti yang adi mah ditransfer+ada lebihnya”. Lohelohe.. ane pikir pada saat itu! kan dari Dirkeu dikasih/dititipnya bentuk tunai, kenapa jadi malah mau di transfer? Oh...berarti Gaji ane itu udah dipake sama Pimpinan tanpa seijin dan sepengetahuan ane, karena dia juga gada bilang/minta maaf sama sekali. Dari situlah ane mulai Kecewa dan menganggap bahwa… INI ORANG GA BENER! Akhirnya ane menghadap ke Dirkeu untuk dikasih talang gaji ane itu dan menunggu si pimpinan mentransfer gaji. Kapan terjadi? Beberapa minggu kemudian baru ditransfer, padahal yang lain sudah dapat pada hari dimana ane ada perlu, bayangin ane yang paling cape, paling banyak ngurusin kerjaan/multitasking tapi Hasil/Reward Gaji tertunda beberapa minggu akibat dipake oleh si Pimpinan bangsat itu tanpa minta ijin ke ane, terlebih itu adalah amanah/titipan. “ane mau ngingetin aja bos! Ane gabutuh uang lebih, ane gabutuh uang bonus dll jika caranya begitu, ane hanya butuh kejujuran dan amanah ente. Jangan seolah-olah ente memanfaatkan ane yang dikira gampang memaklumi. Mau kerjasama dengan ane mah gampang, mau ane bantu gampang, asal jujur, terbuka, dan amanah tidak perlu pake duit lebih segala karena ane punya prinsip mau ente tutup mulut ane dengan DUIT 1M pun kebenaran adalah harga mati dan itu bakal ane perjuangkan demi kebaikan bersama. 

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa si pimpinan selain TIDAK TERBUKA/TRANSPARAN, TIDAK JUJUR JUGA TIDAK AMANAH.

Manajemen Perusahaan sering mengadakan Rapat untuk merumuskan kebijakan kedepannya dan salah satunya adalah kebijakan setiap transaksi yang berhubungan dengan kegiatan operasional wajib ditujukan melalui rekening perusahaan, si pimpinan itu pun menyutujuinya dan hal tersebut menjadi komitmen bersama . Namun setelah kesepakatan terjadi, ternyata transferan dari operasional oleh dia masih aja ditujukan ke Rekening Pribadi dengan dalih “perusahaan tidak mengeluarkan uang jadi tidak perlu ikut riweuh, nagih dan perusahaan juga kan sedang krisis tidak punya uang”. Hmm miris sih bisanya terucap ujaran seperti itu dari seorang pimpinan teratas perusahaan, yang notabene secara hukum Posisinya bertindak untuk dan atas nama perusahaan serta setiap kegiatannya menggunakan kop surat berlogo perusahaan. Diperparah dengan tidak adanya I’tikad baik dan komunikasi yang baik dengan para stakeholders lainnya khususnya dirkeu perihal masalah keuangan perusahaan, mengakibatkan si pimpinan itu mengambil tindakan tanpa seijin dan sepengetahuan manajemen. Salah satu yang fatal adalah meminjam uang ke orang lain yang dalihnya untuk keperluan operasional tapi sampai saat ini tidak catatan/bukti tertulis/laporan dari pimpinan itu mengenai hutang piutangnya dari siapa saja, berapa jumlahnya dll. 

Lagi-lagi seorang pimpinan yang tidak mengerti bagaimana pentingnya melakukan pencatatan khususnya mencatat transaksi keuangan adalah sangat fatal!.

Seorang pimpinan seperti halnya pemimpin perusahaan, apapun permasalahannya harusnya dapat mencari cari jalan keluar dan mengambil keputusan yang bijak berdasarkan mufakat bersama. Selain itu, tata bahasa, tata perilakunya  menentramkan, mendamaikan bukan malah menjadi trouble maker/Pembuat masalah apalagi dengan menjelekkan orang lain, menuduh orang lain dll. Secara spiritual, si pimpinan ini pun selama bersama ane di Kantor walaupun ia beragama islam, mengaku islam, KTP islam, tapi ane tidak pernah sekalipun lihat ia melaksanakan ibadah solat wajib di mushola kantor. Apa solatnya dirappel kan atau gmana ane ga ngerti!. Dan yang paling luar biasa fatal ngeselinnya dari pimpinan ini adalah ia merasa bahwa “saya bukan orang yang perlu dinasehati lagi” ujar pimpinan. wooooo.. emang situ udah oke akhlaknya? Merasa paling benar? Ente islam bung tapi solat aja kagak, ente hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan/kekhilafan, sangat tidak pantas ucapan seperti itu keluar dari mulut seorang pemimpin. Sifat/karakter asli seseorang memang dapat terlihat ketika salah satunya ia sedang dirundung masalah/tersudutkan, dan si pimpinan ini yang ane lihat ia tidak paham konsep manajerial perusahaan yang benar (pengalaman kerja yang katanya belasan tahun ngapain aja cuy) tidak mampu berpikir jernih dan tidak mempunyai visi, misi, konsep yang jelas mengenai bagaimana sebuah perusahaan berjalan dengan baik, yang dipikirannya ternyata hanyalah DUIT, DUIT dan DUIT. Ia beranggapan bahwa “semua masalah dan urusan itu dapat diselesaikan,dibereskan dan dipercepat dengan uang” padahal menurut ane tidak semua urusan/masalah dapat diselesaikan dengan uang, hanya orang yang berpikir kuno dan punya pemikiran sempit yang beranggapan seperti itu. Sudah mah tidak jujur, tidak amanah, tidak komitmen ditambah berpikir kuno dan sempit SUNGGUH PAKET KOMPLIT. Sebuah perusahaan yang bagus,manajemen perusahaan yang bagus adalah semata-mata yang memiliki banyak DUIT? Tunggu! Kenapa ente orientasinya duit mulu ? HARUSNYA ORIENTASI PEMBENAHAN CARA PIKIR , AKHLAK, KOMITMEN DAN UCAPAN ENTE DULU YANG KUDU SINKRON. Memang jika berpikir realistis ane juga tidak memungkiri bahwa DUIT itu penting dan perusahaan ane ini juga memang sedang ada masalah financial, namun ada alasan yang jelas, logis dan bisa ditolerir kenapa itu bisa terjadi, ya salah satunya karena ada DUIT yang masih nyangkut dikonsumen yang belum dibayar kemudian juga yang malah bikin miris adalah kewajiban si pimpinan dari hasil beberapa kegiatan operasional yang masuk melalui rekening pribadinya, ternyata belum dibayarkan ke perusahaan, walaupun sebenarnya di manajemen sudah ada bukti catatan berapa kewajiban yang musti dibayarkan. Akibat ulahnya tersebut, karyawan pun menjadi korban karena tidak adanya pemasukan ke manajemen sehingga tidak dapat membayar kewajiban kepada karyawannya termasuk ke ane. Si pimpinan ini malah berkata bahwa “sebenarnya uang untuk bayar gaji ada Cuma saya tahan dulu nunggu manajemennya jelas dan bener dulu”. BANGSAT Emang ente udah jelas dan bener bung? Hmm…Ini contoh pemimpin perusahaan yang egois hanya memikirkan kepentingan sendiri tidak memikirkan perusahaan sendiri khususnya hak karyawan, so’ akhirnya hanya memberi janji doang, lagian juga kewajiban si pimpinan ke perusahaan aja belum dibayar, kok sok menganggap pahlawan berani mengeluarkan pernyataan seperti itu.  

Selain itu si pimpinan pernah ngomong “kayak anak kecil ngurusin transfer harus masuk ke rekening perusahaan, sekarang manajemen perusahaan dulu dong harus nyediain DUIT untuk operasional”. Sekarang gini dulu poinnya menurut ane :

1. Dia sendiri yang berkomitmen berdasarkan kesepakatan bersama bahwa transfer operasional melalui rekening perusahaan supaya tercatat dan manajemen turut andil bertanggung jawab, namun  dilanggar terus, omongan ama perbuatannya jelas ga sejalan.

2. Alasan ga transfer ke rekening perusahaan karena katanya si pimpinan untuk menghindari pajak (wah sungguh alasan kekanak-kanakan yang mencirikan bahwa ia bukan warga negara yang baik dan hanya karena ingin menghindari pajak kemudian melanggar komitmen bersama)

3. Alasan Manajemen nya juga lagi gada duit.

4. Posisi dia adalah pimpinan tertinggi kepengurusan, secara hukum berdasarkan AKTA ia bertindak UNTUK DAN ATAS NAMA PERUSAHAAN bukan pribadi, semua ijin perusahaan atas nama perusahaan ia hanya mewakilkan. Makanya sangat tidak pantas ngomong “kayak anak kecil” padahal bisa jadi yang kayak anak kecil adalah ia sendiri.

5. Pimpinan tidak paham konsep manajerial perusahaan yang baik dan benar, tidak memiliki kemampuan komunikasi interpersonal antar pimpinan yang baik sehingga dia beranggapan bahwa apa yang ia perbuat adalah yang paling benar, apa yang ia ketahui benar padahal belum tentu. Bisa saja pengalaman kerja belasan tahun dia itu tidak diiringi dengan peningkatan kualitas SDM, selalu melakukan hal buruk, punya pemikiran sempit, tidak mau belajar, tidak mau instrospeksi diri sehingga pengalaman kerjanya malah membawa keburukan bukan kebaikan.

Ane juga pernah tanya kenapa ga komunikasi yang intensif dengan Dirkeu dan/atau pimpinan lainnya perihal ketersediaan dana operasional supaya tidak bertindak seenaknya tanpa perhitungan resiko. Dia malah bilang “Saya kan pimpinan, kasihan Dirkeu juga banyak pikiran, takut banyak beban”. Ini menurut ane CHUAKSS banget sih, karena malah terkesan menghina serta menganggap orang lain ga guna dan ia merasa bisa menghandle semuanya sendiri. Padahal udah mah ia tidak jujur, tidak amanah, tidak komitmen, eh tidak ada komunikasi yang baik pula sehingga akhirnya bertindak seenaknya membuat keputusan subjektif/sendiri yang berakibat semakin menyimpang dan menambah beban perusahaan. Salah satu tindakannya yang jelas menambah beban perusahaan adalah dengan melakukan “gali lubang tutup lubang” minjem DUIT kepada orang lain untuk kebutuhan operasional perusahaan tanpa seijin/sepengetahuan manajamen, lalu ia bilang dengan PD nya bahwa ia yang akan bertanggungjawab sepenuhnya. HAH? SERIUS BRO? tapi kok ane konfirm ke Dirkeu banyak orang yang ente ngutangin malah nagih ke manajemen ya? Tanggung jawab ente mana? Dan si Pimpinan ini pun ketika meminjam DUIT selalu menjanjikan pengembalian DANA yang tidak masuk AKAL seperti ke ane dulu. Contoh nya berdasarkan informasi orang marketing perusahaan yang pernah memberinya pinjaman, yaitu : ketika Si pimpinan mau Pinjem sekian puluh Juta untuk operasional, nanti hari x pas ada pembayaran dari konsumen dengan janji dikembaliin ada lebih sekian ratus ribu-1 Juta. FIX SIH INI MAH SI PIMPINAN LAGI BUKA USAHA INVESTASI BODONG. Pertanyaan ane sama, itu DUIT lebih darimana? Duit operasional? Duit keuntungan apa gimana? Solnya ia selalu bilang kalau uang lebih tidak perlu dilaporkan ke manajamen. Tapi ga sampe ada uang lebih yang dikasih ke orang lain misal 500rb-1jutaan tapi ga dilaporkan ke manajemen. Kalau MINJEM DUIT untuk operasional dilebihin pada prinsipnya ga masalah asal sudah sesuai perhitungan (resiko, untung, pajaknya) dan juga DILAPORKAN semuanya ke manajemen. KALAU TIDAK DILAPORKAN ENTE BISA DIDUGA MELAKUKAN PERBUATAN PENGGELAPAN/KORUPSI, terus yang terpenting juga adalah JANJI NGEMBALIIN DUITNYA musti sesuai dengan apa yang dijanjikan. Faktanya ini kan udah mah gada lebih, ga tepat waktu terus malah menyalahkan orang marketing tersebut karena ga mampu menyediakan dana operasional. Kan PARAH YA! Udah syukur dibantu minjemin malah nyerang balik, FIX si Pimpinan PLAYING VICTIM. 

Akibat ulah pimpinan itu juga banyak investor yang awalnya tertarik invest di perusahaan semuanya menjadi tidak percaya lagi, karena apa? Ya salah satu alasannya itu karena pimpinannya slengean , tidak transparan, tidak jujur, tidak komitmen, tidak amanah, udah dibantu malah nyalahin orang lain dll.

Berdasarkan pengalaman kerja ane bersama si pimpinan itu, mendengarkan cerita dan keluh kesah si pimpinan. Ane menduga si pimpinan malah mencoba playing victim (merasa dirinya seolah-olah yang menjadi korban). Alasan bisa menjadi playing victim adalah karena ia tidak mau mengakui kesalahan dan akhirnya mencari pembenaran diri atas apa yang ia perbuat, menjual cerita, merasa apa yang ia perbuat adalah benar dan merasa semua yang dilakukan demi kebaikan perusahaan (kalau demi perusahaan tanggung jawab dan kewajiban harusnya sudah dibayarkan dong) tidak mau belajar dan open minded, tidak instrospeksi diri, dan pimpinan ini acap kali juga membicarakan orang lain atas suatu masalah yang terjadi kemudian menuduh bahwa orang tersebutlah yang bertanggung jawab. Karena ane tipe orang yang tidak menerima mentah-mentah omongan dari satu pihak maka ane mencoba kroscek ke pihak lainnya, Contohnya:

  1. Masalah sisa biaya lain-lain/dana taktis operasional perusahaan, pimpinan itu menuduh “orang lain” yang bertanggung jawab perihal dikemanakan uang-uang itu. Ketika ane kroscek ke “orang lain” itu ternyata sisa biaya lain-lain/dana taktis itu sebenarnya dimintakan transfer oleh si pimpinan ke rekeningnya, dan si pimpinan tidak mengakuinya dan malah menganggap “orang lain” tersebut yang harus bertanggung jawab.  
  2. Masalah pinjaman dana untuk operasional dengan marketing perusahaan, si Pimpinan meminta marketing itu untuk mencari dana talang operasional sekitar 30 juta namun setelah berusaha keras mencari kesana-kemari hasilnya nihil, ditambah dengan sikon yang saat itu awal-awal pandemi covid-19. Akhirnya si Marketing menggunakan dana pribadi itupun hanya 10 juta dan merupakan uang panas. Si pimpinan bilang tidak apa-apa segitu juga. Karena itu uang panas akhirnya si Marketing bilang untuk segera dikembalikan pada hari x karena mau dipake. Akhirnya si pimpinan deal dan dijanjikan akan dikembalikan sesuai yang disepakati bahkan dijanjikan akan dikasih lebih juga. Namun faktanya lagi-lagi Janjinya tidak ditepati, omongannya kayak yang benar/meyakinkan tapi tidak sesuai dengan perbuatan, pengembalian pinjaman yang dijanjikan juga molor beberapa hari, dengan alasan belum di transfer dari konsumen bla bla bla. Padahal sebelumnya sudah diwanti-wanti untuk segera mengembalikan pinjaman dan diiyakan oleh si pimpinan. Akhirnya si Marketing itu datang Kantor untuk langsung menagih, dan setelah itu langsung dibayar (hmm si pimpinan ini ternyata punya duit tapi ga dbyar hutangnya sesuai yang dijanjikan, tanya kenapa?). 
  3. Kemudian masalah dana talang dengan pihak lainnya. 

Setelah kejadian itu di depan mata kepala ane sendiri, dihadapan para karyawan si pimpinan mengoceh dan malah menuduh si Marketing ini yang menjadi penyebab keterlambatan biaya Operasional dengan dalihnya katanya gara-gara si marketing ini “menjanjikan ada 30 juta untuk operasional besok ternyata gada” padahal setelah ane kroscek ke si Marketing ternyata tidak ada kata janji hanya mengusahakan untuk mencari dana talang apalagi kebutuhannya mepet banget hanya beberapa hari. Pada point 2 di atas pun sudah dijelaskan bahwa si marketing telah mencari semaksimal mungkin namun tidak dapat dan hanya bisa kasih dana talang 10jt itupun duit panas keluarga. Si pimpinan ini tidak tau terima kasih, sudah syukur dibantu malah menuduh dengan cengengesan di hadapan karyawan, sungguh sangat amoral, tidak etis dan pantas bagi seorang pemimpin! Just info saja pekerjaan ini masuk ke rekening pribadi pimpinan bukan melalui rekening perusahaan.

Terakhir ane ketemu si pimpinan ia mengatakan bahwa “susah kerjasama dengan orang-orang yang ga ngerti bisnis mah” “kenapa orang-orang lihatnya hanya yang jelek saja” ia juga mengatakan “ini mah terlanjur besar pasak daripada tiang”. Ia menganggap bahwa dirinya adalah seorang pembisnis yang hebat. Ane cukup rispek dan menghargai mengingat pengalaman kerja ia selama belasan tahun dibidang ini. Namun perlu digaris bawahi, menurut hemat ane mau berapa lamapun pengalaman kerja ente di lapangan jika tidak dibarengi dengan peningkatan kemampuan SDM serta perilaku yang lebih baik mah akan percuma saja. Coba ane telaah pernyataannya yang menganggap ia adalah orang yang paling ngerti bisnis sedangkan pimpinan lainnya ga ngerti bisnis dari perilaku yang telah ia perbuat sebelumnya. Bisnis secara sederhana adalah sebuah usaha untuk mendapatkan untung baik oleh perusahaan maupun individu. Si Pimpinan dalam hal ini pemilik dan bertindak untuk dan atas nama perusahaan harusnya berbisnis dengan mengutamakan kepentingan perusahaan dan bukan menganggap bahwa perusahaan ini milik saya sendiri, saya bebas menjalankan perusahaan ini. Karena setahu ane ada pihak lain yang lebih banyak berkorban untuk perusahaan dalam hal mengeluarkan biaya ketimbang si pimpinan itu sendiri. Si pimpinan ini seolah-olah Berbisnis sendiri dengan hanya memakai tameng perusahaan dengan tujuan mendapatkan keuntungan pribadi, bahkan berani mengorbankan karyawan/pihak lain untuk mencapai tujuannya. Contoh kejadian temen ane sendiri sebagai staf ops, udah cape-cape kerja 2 hari ke luar kota, pulang ke rumah hanya diberi sisa 40rb itu juga berdasarkan keterangannya udah dipotong 500rb oleh si pimpinan dari BOP dengan sisa BOP nya kudu diirit-irit sampai pada akhirnya hanya tersisa Cuma 40rb. Si pimpinan sampai melakukan itu dengan beranggapan bahwa sengaja untuk menguji mental karyawan. EMANG BANGSAT! Lagi-lagi pernyataan yang tidak berdasar dan sangat tidak pantas terlontar dari seorang pimpinan. Lau pikir ini lembaga pelatihan resmi pemerintah. 

Karyawan kerja itu seharusnya dilindungi, dijamin keselamatan dan kenyamanannya termasuk hak-hak nya bukan malah diuji mental seperti itu. Hak atas jasa supervisi lapangan si temen ane itu pun sementara ane yang bantu talang sebesar 250rb yang dikasih dari si pimpinan itu ane alihkan karena ane rasa temen ane lebih berhak mendapatkannya. Ane kasih saran juga bahwa ente harus tetep tagih ke si pimpinan karena sudah keterlaluan sudah cape kerja tapi tidak dibayar. Si pimpinan pun menjanjikan nanti akan ditransfer, tapi entah kapan solnya belajar dari pengalaman sebelumnya ia selalu ngobral janji yang tidak pasti kapan realisasinya. Selain berbisnis dengan mengorbankan hak karyawan juga si pimpinan dirasa tidak ada kontribusi nyata pada perusahaan yang dibuktikan dengan belum masuknya pembayaran kewajiban atas hasil operasional beberapa pekerjaan kepada manajemen perusahaan, alih-alih untung yang ada malah buntung. Jika kita melihat dari sisi marketing, branding dan pencitraan perusahaan sudah jelas apa yang telah dilakukan si pimpinan mencoreng nama baik perusahaan, dimulai investor yang mulai menjauh, melakukan pinjaman uang tanpa seijin/sepengetahuan ke berbagai pihak sehingga menimbulkan beban, terlalu berani mengambil resiko pekerjaan, bertindak dan memutuskan sendiri tanpa mempertimbangkan pendapat pimpinan lainnya dan akhirnya karyawan yang menjadi korban. Kedekatan personal si Pimpinan dengan para Konsumen harusnya dapat dimanfaatkan dengan baik dan benar sesuai kepentingan perusahaan, bukan malah seolah-olah ini konsumen saya, ini mah konsumen saya dari dulu, sehingga ia bertindak untuk kepentingan ia sendiri, melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak benar, salah satu buktinya adalah Kewajiban si pimpinan kepada perusahaan yang belum dibayar hampir semua pekerjaan dari si pemilik konsumen yang katanya udah dianggap seperti keluarga itu. Kedekatan personal yang diagung-agungkan ternyata bukan bikin untung malah bikin buntung, bukan?

Manajemen perusahaan sejatinya memiliki dana buat operasional namun melihat sifat dan perilaku si pimpinan tersebut rasanya akan sulit dan berat untuk kembali memberikan kepercayaan dana operasional. Ane mau mengingatkan ada salah satu hal di dunia ini yang tidak bisa dibeli dengan Uang yaitu apa? Yaitu kepercayaan. Ketika seseorang diamanatkan sejumlah uang atau tugas kemudian ia berperilaku tidak jujur dan transparan sehingga pihak yang memberi amanah merasa kecewa maka akan sulit diberi kepercayaan untuk kedua kalinya. Sifat inilah yang tidak dimiliki si pimpinan itu, bagaimana ia seharusnya melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang sehingga dapat mengambil keputusan yang objektif.

Namun sayangnya dengan melihat dari tutur kata, sifat dan tingkah laku si pimpinan ditambah dengan pernyataan-pernyataan yang telah ia lontarkan sebelumnya, ane bisa menyimpulkan bahwa si pimpinan ini diduga emang "GILA" mempunyai jiwa ego yang tinggi, kenapa? karena ia merasa paling punya pengalaman, paling tahu seluk bisnis ini, serta bertindak berdasarkan pengalamannya yang cenderung subjektif(yang mana pengalamannya itu belum tentu baik dan benar diterapkan sekarang), sehingga jika karyawan/pimpinan lainnya tidak bertindak sejalan dengan apa yang ia mau maka kemungkinan besar tidak akan sinkron/harmonis, dan inilah yang terjadi. Apalagi diperkuat dengan pernyataan si pimpinan yang bilang “saya mah bukan orang yang perlu dinasehati lagi” dari situ menandakan bahwa si pimpinan ini sudah menutup dirinya, tidak mau berkembang dan belajar hal-hal baru dan ane yakin orang-orang seperti ini lama-lama akan ditinggal oleh zaman, karena berperilaku kuno.

Cara dan Solusi atas permasalahan ini menurut ane adalah :

1.   Dinasihati sedemikian rupa oleh siapapun tetap tidak akan bergeming, selama orang yang menasihatinya tidak memiliki banyak DUIT. Walaupun ane tahu manajemen sebenarnya memiliki DUIT namun tidak berani mengeluarkan DUIT  untuk si Pimpinan itu mengingat perbuatan yang telah ia lakukan serta kewajiban hutang yang belum dibayarkan ke perusahaan;

2.     Si pimpinan menurunkan ego dan sadar akan perbuatannya sendiri, berinstrospeksi diri, dan inisiatif mencoba memperbaiki hubungan dengan pimpinan lainnya (walaupun menurut ane peluang ini sangat kecil terjadi kecuali ybs dapat hidayah wkwkwk).  

3.     Menyelesaikan masalah di jalur hukum yang berlaku di meja Hijau Pengadilan (menurut ane ini jalan terakhir untuk menguak kebenaran atas semua perbuatannya berdasarkan bukti-bukti yang dimiliki manajemen perusahaan)  

Berdasarkan uraian-uraian di atas ane ingin menyampaikan kepada para pembaca bahwa sebisa mungkin hindarilah bekerjasama dengan pimpinan yang memiliki beberapa sifat dan perilaku antara lain:

1.     Tidak jujur

2.   Tidak Komitmen dengan ucapan dan perbuatannya, selalu melanggar komitmen yang disepakati

3.     Tidak Terbuka, Transparan dan Akuntabel

4.     Tidak Amanah

5.     Mempunyai Ego tinggi, keras kepala padahal perbuatannya menyimpang

6.     Tidak memiliki visi dan misi yang jelas

7.     Tidak memiliki pemikiran terbuka/Open Minded

8.     Tidak ada keinginan mencoba hal-hal baru

9.     Tidak mau mengakui kesalahan dan instrospeksi diri

10.  Selalu mencari pembenaran diri dan playing victim

11.  Mementingkan pribadi dibandingkan kepentingan bersama/perusahaan

12. Mengorbankan pihak lain/karyawan untuk tidak dibayar dengan semestinya demi pekerjaan dapat selesai semata-mata agar konsumen menganggap bahwa ia bagus/hebat namun ia sebagai pimpinan tidak bisa menjaga hak karyawannya. Citra publik perusahaan menjadi rusak akibat ulah tersebut.

Demikianlah cerita yang bisa ane sampaikan kali ini, ane harap semoga pada sharing cerita ini ada pelajaran dan hikmah yang bisa diambil. Mohon Maaf juga bila ada kata-kata kasar, kurang tepat, kurang dimengerti dan atau sedikit nyeleneh, mohon maklum namanya juga hiburan pena. Terima kasih telah membaca hingga selesai dan tunggu cerita-cerita ane selanjutnya~

Catatan :

- Cerita Ini adalah kisah nyata penulis sendiri
- Nama Perusahaan, Kota, Alamat tidak disebutkan
- Nama pimpinan tidak disebutkan untuk menghargai privasi orang tersebut
- Tulisan ini sebagai bahan referensi renungan dan pembelajaran


Share This Article :
Nugraha Adi Permana, S.H.

Terlihat pemalu ketika belum akrab, tetapi lumayan ngacaprak ketika sudah akrab.

3471861729655381703

All Time Popular Post

Unbroken Spirit : The Sky We Saw That Day

"The sea has never been friendly to human. At most it has been the accomplice of human restlessness" PROLOGUE : Hai, na...

iklan banner

Hello!

Silahkan Chat saya atau email ke nugraha95permana@gmail.com

Support Nugraha Adi Permana, S.H.
6282240457325
Call us to +6282240457325 from 0:00hs a 24:00hs
Helo! Saya Adi. Ada yang bisa dibantu?
×
Hubungi via Whatsapp